Gw abis ketemu sama beberapa arsitek dari yang masuk dlm kategori 'hebat' sampai yg msh berada dlm kategori 'ordinary', dari yg 'terkenal' sampai yg sedang berusaha untuk bisa 'dikenal', dari yg bisa hidup 'mapan' di karir ini sampai yg sedang dlm proses 'mengais-ngais penghasilan', dari yg lulusan 'luar negri' sampai yg keluaran universitas 'lokal', dari yg 'senior' sampai yg 'junior alias anak bawang'.
Setelah gw amati, kami2 (semoga gw gak termasuk dlm kategori 'kami') punya satu kesamaan, yaitu : angkuh.
Seperti layaknya para sarjana yg angkuh dgn ilmu yg mereka punya dan para sarjana yg angkuh dgn almamaternya.
Setiap kali seorang junior bertanya, maka para senior akan menjawab dgn tidak lupa menunjukkan kesan betapa bodohnya pertanyaan si junior dan betapa hebatnya mereka.
Setiap arsitek yg 'ordinary' bertanya kepada arsitek 'hebat', maka jawabannya akan disertai dgn senyuman yg seolah berkata "no wonder elo cuma gitu-gitu aja."
Arsitek lulusan lokal akan berusaha berbicara mengenai nilai2 tradisional dan permasalahan yg 'membumi' di bumi pertiwi ini.
Arsitek lulusan luar negri akan berusaha bicara dengan menggunakan persediaan kata dlm bhs inggris yg lebih tebal dr kamus. Tidak lupa memberikan perbandingan betapa hebatnya ilmu yg mereka dpt di negri seberang, betapa hebatnya sistem pendidikan di sana. Apalagi bagi mereka yg sempat bekerja di negri2 yg kata org adlh sumber inspirasi dari 'modernitas'.
Well,
gw pikir kami2 ini memang hebat. Yup. Arsitek gitu loh. Sudah sepantasnya kami memiliki keangkuhan sbg seorang seniman dan juga insinyur. Kombinasi yg luar biasa, gw rasa.
Gw cuma punya satu pertanyaan :
Kalau para arsitek kita sehebat keangkuhan mereka, kenapa kita belum bisa menjadi salah satu kiblat dalam dunia ini seperti halnya Singapura dan Jepang membalikkan nasib mereka?
Tp,
setelah beberapa saat merasa sedih, akhirnya gw dpt angin segar krn bertemu beberapa arsitek yg memang benar2 hebat (see... gw gak perlu kasih tanda petik utk kata hebat krn mreka emang benar2 hebat). Tau kenapa gw bilang mereka hebat? Karena mereka adlh arsitek yg humanis... dlm hal ini gw punya persepsi sendiri utk kata 'humanis', yaitu mereka2 yg tdk lupa bhw mereka hanyalah manusia yg berdiri di tengah bilyunan manusia lain.
Arsitek yg begitu bersemangat membagi apa yg mereka tahu, arsitek yg memandang para juniornya sebagai kolega dan kebodohan mereka hanyalah refleksi dari apa yg para senior pernah alami sekian tahun yg lalu.
Gw berharap arsitek2 seperti merekalah yg akan tumbuh subur. Arsitek2 yg mampu melahirkan arsitek hebat lainnya krn mereka tdk memandang rendah pada rekan2 sejawatnya sendiri. Arsitek2 yg tidak punya keinginan utk membentuk sebuah perkumpulan eksklusif seperti layaknya socialite.
Krn pada intinya, arsitek adlh mereka yg dari isi kepalanya melahirkan sebuah disain bangunan yg berfungsi utk mewadahi aktifitas manusia. Yg dari isi kepalanya melahirkan sebuah rencana utk sesuatu yg dibangun di atas bumi.
Jadi,
bukankah seharusnya kami lebih 'manusiawi' dan 'membumi'?
Setelah gw amati, kami2 (semoga gw gak termasuk dlm kategori 'kami') punya satu kesamaan, yaitu : angkuh.
Seperti layaknya para sarjana yg angkuh dgn ilmu yg mereka punya dan para sarjana yg angkuh dgn almamaternya.
Setiap kali seorang junior bertanya, maka para senior akan menjawab dgn tidak lupa menunjukkan kesan betapa bodohnya pertanyaan si junior dan betapa hebatnya mereka.
Setiap arsitek yg 'ordinary' bertanya kepada arsitek 'hebat', maka jawabannya akan disertai dgn senyuman yg seolah berkata "no wonder elo cuma gitu-gitu aja."
Arsitek lulusan lokal akan berusaha berbicara mengenai nilai2 tradisional dan permasalahan yg 'membumi' di bumi pertiwi ini.
Arsitek lulusan luar negri akan berusaha bicara dengan menggunakan persediaan kata dlm bhs inggris yg lebih tebal dr kamus. Tidak lupa memberikan perbandingan betapa hebatnya ilmu yg mereka dpt di negri seberang, betapa hebatnya sistem pendidikan di sana. Apalagi bagi mereka yg sempat bekerja di negri2 yg kata org adlh sumber inspirasi dari 'modernitas'.
Well,
gw pikir kami2 ini memang hebat. Yup. Arsitek gitu loh. Sudah sepantasnya kami memiliki keangkuhan sbg seorang seniman dan juga insinyur. Kombinasi yg luar biasa, gw rasa.
Gw cuma punya satu pertanyaan :
Kalau para arsitek kita sehebat keangkuhan mereka, kenapa kita belum bisa menjadi salah satu kiblat dalam dunia ini seperti halnya Singapura dan Jepang membalikkan nasib mereka?
Tp,
setelah beberapa saat merasa sedih, akhirnya gw dpt angin segar krn bertemu beberapa arsitek yg memang benar2 hebat (see... gw gak perlu kasih tanda petik utk kata hebat krn mreka emang benar2 hebat). Tau kenapa gw bilang mereka hebat? Karena mereka adlh arsitek yg humanis... dlm hal ini gw punya persepsi sendiri utk kata 'humanis', yaitu mereka2 yg tdk lupa bhw mereka hanyalah manusia yg berdiri di tengah bilyunan manusia lain.
Arsitek yg begitu bersemangat membagi apa yg mereka tahu, arsitek yg memandang para juniornya sebagai kolega dan kebodohan mereka hanyalah refleksi dari apa yg para senior pernah alami sekian tahun yg lalu.
Gw berharap arsitek2 seperti merekalah yg akan tumbuh subur. Arsitek2 yg mampu melahirkan arsitek hebat lainnya krn mereka tdk memandang rendah pada rekan2 sejawatnya sendiri. Arsitek2 yg tidak punya keinginan utk membentuk sebuah perkumpulan eksklusif seperti layaknya socialite.
Krn pada intinya, arsitek adlh mereka yg dari isi kepalanya melahirkan sebuah disain bangunan yg berfungsi utk mewadahi aktifitas manusia. Yg dari isi kepalanya melahirkan sebuah rencana utk sesuatu yg dibangun di atas bumi.
Jadi,
bukankah seharusnya kami lebih 'manusiawi' dan 'membumi'?
3 comments:
dulu, gue pengen jadi anak arsitek, tapi yang ada malah jebol ke dunia IT huhuhu *meratapi
btw,,
nunggu buku selanjutnya neh mba
ps : lam kenal ^^
Seperti juga barangkali di disiplin ilmu yang lain, atau di kemampuan yang lain.
Ada memang kecenderungan bersikap seperti itu.
Semoga saja kita tidak termasuk didalamnya,
Salam kenal,
di kantor ada tuh arsitek yang suommmmbong banget... malangnya... karena cuma berempat n yang dua sibuk wara wiri cari proyek n ga bisa gambar... "terpaksa" harus menebalkan telinga ngejulingin mata kalow berhadapan ma ni orang.. hiks!
Post a Comment