Friday, January 19, 2007

RAMALAN

Tmen gw ngaku dia bisa ngeramal jodoh pake kartu. Caranya, kocok kartu sesuai jumlah huruf yg ngebentuk nama pujaan hati kita. Sambil ngocok, kita mesti ngebayangin tuh org yg bikin jantung deg-deg-ser.
Gw ngelakuin semua suruhan dia. Dengan penuh perasaan gw mulai ngocok tumpukan kartu yg tmen gw sodorin ke gw.
Abis gw selesai ngocok, tmen gw mulai satu persatu ngebuka kartu hasil kocokan gw. Mulai deh dia ngebacain nasib gw. Begini kata tmen gw :
"Dia naksir elo juga. Bokapnya suka sama elo, tp nyokapnya agak2 jealous. Sodara2nya sih welcome, tmen2nya juga, tp kayaknya dia punya sahabat cewek, ya?"
Gw cuma ngangkat bahu gw. Trus tmen gw ngelanjutin lagi,
"Kayaknya, sahabat cweknya itu gak terlalu suka sama elo. Tp cuek aja, dianya cinta mati nih sama elo." Trus dia buka satu kartu dan mukanya agak shock. "Tp kayaknya rejeki lo kalo sama dia gak terlalu bagus. " Trus dia buka sisa kartu yg laen. "Tapi jangan khawatir, orangnya ulet kok walaupun gak terlalu kreatif."
Nah loh?!?
Trus tmen gw buka kartu terakhir dan nunjuk tuh kartu dgn muka yakin, "Ini artinya elo berdua emang jodoh." Muka temen gw puas banget. "Gila, jalan lo mulus abis! Dan hebatnya, berkali2 lambang cinta dia kebuka. Tuh laki cinta mati sama elo!"
Gw senyum senang.
Tmen gw penasaran. "Siapa sih?"
"Rano Karno."
"..."

PEREMPUAN, dilema atau kelemahan?

Temen gw, Sitta, kasih komen di post gw yg judulnya Become a Woman Architect. Di post itu gw mempertanyakan para pria yg masih memandang perempuan dgn sebelah mata. Menurut Sitta, sikap seperti itu mungkin dipicu krn perempuan sendiri yg gemar menunjukkan kelemahannya.

Gw sempat berpikir sesaat pas gw abis baca komennya Sitta.
Apa benar, perempuan gemar menunjukkan kelemahannya krn mereka memang lemah atau perempuan menunjukkan kelemahannya utk mendapatkan tujuannya?

Gw jadi inget omongan Dhani Dewa di salah satu acara infotainment :
"Perempuan ya perempuan. Laki ya laki. Perempuan gak bisa jadi laki. Laki juga gak bener kalo nyoba jadi perempuan. "
Pemikiran yg bagus.
Walaupun gw ragu latar belakang pemikiran Dhani sama seperti gw.
Krn dalam statement berikutnya Dhani bilang :
"Perempuan kodratnya utk jadi lembut. Laki-laki kodratnya utk jadi keras. "

Apa yg dia maksud dengan lembut?
Apakah itu lemah?
Apa yg dia maksud dengan keras?
Apakah itu berkuasa?

Gak tau, krn wartawannya kayaknya gak sempat merenung utk melontarkan pertanyaan atas ucapan gamblang Dhani yg berkesan ambigu, menurut gue.

So,
Dari semua perang atau perjuangan gender..., gw merasa tertegun mendengar pernyataan Dhani. Kodrat.
Satu kata itu yg sering menjadi pertanyaan atau pertentangan.
Kodrat sebagai seorang wanita dan kodrat sebagai seorang pria.
Terlalu banyak items yg harus dijabarkan utk itu.

Tapi,
Just a thought,
mungkin at the end of the world, Tuhan akan minta pertanggung jawaban kita akan kodrat yg dia titipkan. Apapun arti kodrat itu.
Mungkin begini isi pertanyaan Tuhan :
Apakah engkau sudah menjadi wanita yang sebenarnya?
Apakah engkau sudah menjadi pria yang sebenarnya?
Apakah engkau sudah menjadi istri yang sebaiknya?
Apakah engkau sudah menjadi suami yang sebaiknya?
Apakah engkau sudah menjadi ibu yang sebijaknya?
Apakah engkau sudah menjadi bapak yang sebijaknya?

Laki-laki memang bukan perempuan.
Perempuan memang bukan laki-laki.
Tp Tuhan tidak menciptakan perbedaan itu sebagai jurang,
melainkan keseimbangan.